0

Pesona Kawah Ijen

Halooo ternyata udah lama banget gak diupdate blog ini. Alasannya biasa lah gara-gara sibuk kuliah hehehe. Berhubung sekarang masih libur kuliah jadi gw mau share pengalaman ke salah satu tempat wisata alam yang ada di Jawa Timur. Langsung aja yuk cyiin....

Jadi beberapa bulan yang lalu gw sama salah satu temen kuliah, Pratiwi Putri Pranowo atau biasa dipanggil Uthy ngebolang ke kota pelajar Jogjakarta. Tapi cerita di Jogja gak sempat gw share di sini. Singkat cerita setelah seru-seruan di Jogja kita merencanakan acara ngebolang selanjutnya. Setelah memilah dan memilih akhirnya diputuskan Ijen sebagai next destination. Karena kesibukan kami sebagai mahasiswa akhirnya rencana ke Ijen baru terlaksana saat liburan semester genap ini tepatnya 4 September 2013. Peserta ngebolang ini ada lima orang termasuk gw dan Uthy. Tiga orang lainnya Resty, Faris Putra, Faris Al Nafi. Agak riber ya gara-gara nama Faris ada dua hahaha.

Perjalanan dimulai sehabis zuhur dari Surabaya. Kendaraan mungil nan gesit yang tidak lain adalah mobil suzuki swift gw mengantarkan kami ke arah timur Pulau Jawa. Jalur yang kami lewati yaitu Pasuruan - Probolinggo - Situbondo - Bondowoso - Wonosari - Sempol - Paltuding. Alhamdulillah di perjalanan gak terkena macet parah jadi sekitar jam setengah 7 malam kami sudah sampai di Bondowoso. Di sini kami istirahat sejenak untuk sholat dan makan malam. Gak lama waktu yang dihabiskan untuk istirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju Paltuding. Untuk menuju Paltuding kami harus melewati jalur pegunungan yang sangat sepi dengan diapit hutan dan jurang serta tanpa lampu penerangan jalan. Semakin mendekati daerah Paltuding jalanan yang kami lewati semakin sepi, hanya berpapasan dengan beberapa kendaraan bermotor. 

Setalah tiga jam melalui hutan akhirnya kami tiba di pos penjaga pertama. Di pos ini kami harus lapor diri dan membayar biaya seikhlasnya. Dari pos pertama kami melanjutkan perjalanan, tetap melewati hutan dan jurang sampai tiba di pos kedua dan pos ketiga. Di pos kedua dan ketiga kami harus lapor lagi tapi gak perlu bayar. Setelah melewati tiga pos tadi akhirnya kami sampai di pos Paltuding sekitar jam 21.30. Saat kami tiba di Paltuding gak ada orang dan kendaraan sama sekali. Karena keadaan yang sangat sepi kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan lagi. Tapi baru jalan beberapa meter gw bilang buat balik lagi ke pos Paltuding karena jalanan tidak terlihat akibat ditutupi kabut tebal dan gak ada penerangan sama sekali. Ya sudah akhirnya kami balik lagi ke pos Paltuding. Duo Faris memutuskan keluar dari mobil buat cari-cari informasi. Ternyata di sana ada pos penjaga yang mengharuskan setiap pengunjung untuk lapor dan membayar biaya Rp4000/orang. Setelah menyelesaikan urusan bayar-membayar kami memarkirkan mobil gak jauh dari pos penjaga dan menunggu di dalam mobil sampai pukul 2 pagi untuk melakukan pendakian ke Ijen. Jam 12 gw terbangun karena mendengar ada suara ramai-ramai di luar ternyata ada rombongan lain yang baru tiba di Paltuding. Lama-lama semakin ramai dan banyak orang yang datang. Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi, kami pun bersiap-siap melakukan pendakian mulai dari jaket, masker, sarung tangan, senter, sampai bekal makanan dan minuman. Dari pos penjaga kami harus berjalan kaki sejauh 3 km untuk mencapai kawah Ijen. Dalam pemikiran gw gampang lah 3 km apalagi penjaga di pos bilang cuma 1,5 jam untuk mencapai kawah. Tapiiii kenyataannya jauh berbeda. Jalanan yang kami lewati menanjak curam dan berpasir ditambah gak ada penerangan, udara yang sangat dingin dan hutan di kanan-kiri. Apalagi rombongan lain sudah berangkat mulai jam 1 dari Paltuding, alhasil kami hanya berlima melewati hutan itu. Selangkah demi selangkah kami jalani demi menuju kawah. Dada sesak, kepala sakit, dan badan yang kedinginan karena kabut gak mengurungkan niat kami, diselingi istirahat berkali-kali untuk melepas lelah. Di tengah jalan kami bertemu dengan penambang belerang yang membopong belerang seberat 70 kg. Gilaaa gak kebayang deh perjuangannya dibanding kami yang cuma bawa ransel berisi air minum dan makanan. Sudah 2 jam kami berjalan kaki tapi kawah Ijen belum terlihat di depan mata dan belum bertemu dengan rombongan lain. Semakin lama berjalan kaki, bau belerang semakin tercium berarti kami sudah mendekati kawah. Akhirnya setelah 2,5 jam berjalan kaki kami tiba di kawah Ijen tapi karena hari masih gelap kawahnya belum terlihat. Di sana terdapat blue fire yang hanya muncul sekitar pukul 5 pagi dan akan menghilang saat matahari terbit. Setelah melihat blue fire kami melanjutkan pendakian menuju puncak Ijen tempat melihat sunrise yang tidak terlalu jauh dari kawah. Walaupun jaraknya tidak terlalu jauh tapi medan yang dilalui cukup sulit dan melewati semak-semak. Sudah setengah perjalanan gw lihat langit mulai tampak orange yang membuat langkah gw semakin cepat meninggalkan teman-teman di belakang. Untungnya sampai di puncak kami masih sempat melihat sunrise dan keindahan Ijen dari atas. Allahuakbar gak sia-sia deh perjuangan kami untuk menikmati lukisan Sang Pencipta. Semuanya terbayar begitu sampai puncak Ijen. Kami langsung mengeluarkan kamera masing-masing untuk mengabadikan sunrise, kawah Ijen serta pemandangan di sekitar Ijen. Gak lupa juga buat foto-foto narsis sambil sesekali minta tolong bule buat fotoin kami hehehe. 

Suguhan pertama begitu sampai puncak Ijen




Dua sejoli yang lagi dimabuk belerang Ijen hahaha

Kuncen Ijen

 Gaya boker Purski







Si bule lagi coba bawa belerang
Jalan setapak untuk menuju kawah Ijen

Setelah puas foto-foto di atas kami memutuskan untuk turun dan melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya. Dibanding saat mendaki, perjalanan saat turun tidak terlalu berat dan hanya beristirahat dua kali. Jam 8 kami sudah meninggalkan Paltuding menuju Taman Nasional Baluran. Tapi sangat disayangkan, begitu sampai Baluran si penjaga bilang mobil gw gak bisa masuk ke sana karena terlalu pendek ditakutkan malah merusak mobilnya. Ya sudah akhirnya kami berpindah destinasi ke pantai Watu Dodol yang tidak jauh dari Baluran. Pantai ini sebenarnya tidak terlalu istimewa tapi cukup tenang untuk melepas lelah karena kondisinya yang sepi. Pantai Watu Dodol ini jadi penutup perjalanan kami kali ini. 

 Pantai Watu Dodol

 Pantai Watu Dodol

Purski si manusia terdampar


Tons of thank you Uthy, Resty, Bajuri (Faris Putra), Kasapur/Purski (Faris Al Nafi). You're cool guys!

Back to Top