0

Toxoplasma

Selama ini, orang-orang beranggapan bahwa kucing adalah hewan yang menjadi sumber utama penularan penyakit Toxoplasma. Padahal, penyakit juga bisa ditularkan melalui semua hewan, termasuk burung dan ikan. Penyebaran virus toxoplasma juga bisa melalui makanan yang tercemar oleh kotoran binatang peliharaan kita atau makanan yang nggak dimasak secara sempurna (setengah matang).

Penyakit ini disebabkan oleh parasit Protozoa yang bernama Toxoplasma gondii. Pada infeksi akut, parasit ini bisa ditemukan bebas dalam berbagai jaringan dan cairan tubuh. Toxoplasma berkembangbiak di dalam sel darah putih, jaringan parenkhim dan sel endotel dengan cara membelah diri. Setelah membentuk kista, parasit ini akan berdiam diri di dalam jaringan syaraf mata, otot jantung, alat pencernaan dan lain sebagainya .

Gimana Cara Virus Toxoplasma Menyerang Manusia?


Pada saluran pencernaan hewan sebangsa kucing, toxoplasma bisa berkembang secara sexual dan non-sexual. Pada kotoran hewan sebangsa kucing, toxoplasma ditemukan dalam bentuk telur. Dalam waktu 48 jam telur itu membelah menjadi sporozoit. Sporozoid inilah yang berbahaya bagi manusia atau hewan lain jika tertelan melalui makanan atau minumam yang tercemar.

Tokso biasanya menginfeksi otak, tetapi bisa juga menyerang bagian tubuh -lain terutama mata. Tokso menyebabkan luka yang amat serius di otak. Pada kehamilan, tokso dapat mengakibatkan keguguran atau cacat pada bayi. Penderita Toxoplasma keadaannya akan semangkin buruk kalau kondisi fisiknya lemah, sehingga kekebalan tubuh jadi menurun, kekurangan gizi dan dalam keadaan stres. Dalam keadaan ini perempuan yang paling banyak menderita dan mempunyai resiko tinggi tertular infeksi ini, karena setiap bulan perempuan selalu mengalami menstruasi dan pada saat itulah kekebalan tubuh secara alami akan menurun dengan drastis dan kondisi tubuhnya akan melemah. Tapi, bukan berarti kaum laki-laki terbebas dari penyakit ini, asal selalu menjaga kondisi tubuhnya dengan baik. Untuk terhindar dari penyakit ini, asal selalu menjaga kondis tubuhnya dengan baik.

Tips-tips menghindari Virus Toxoplasma

Kalau kamu memelihara kucing di rumah :
1. Berikan makanan yang sudah dimasak secara sempurna, atau berikan makanan kucing yang biasa dijual di petshop.
2. Sediakan tempat khusus untuk si kucing kita buang air.
3. Jaga kebersihan si kucing termasuk kandang dan tempat pasir kucing.
4. Jaga kesehatan kucing kita dengan memeriksakannya secara rutin ke dokter hewan.
5. Jangan biarkan kucing kita berkeliaran di luar rumah dan ‘bergaul’ dengan kucing liar.

Pencegahan untuk diri kita sendiri :
1. Hindari memakan makanan setengah matang dan buah atau sayuran yang belum dicuci bersih.
2. Hindari menggosok mata atau menyentuh muka saat sedang menyiapkan makanan.
3. Cuci tangan sebelum makan dan setelah melakukan kontak dengan kucing, tanah, dan daging mentah.
4. Cuci perlatan makan dengan bersih.
5. Pakai sarung tangan saat sedang membersihkan kotoran kucing dan saat berkebun.


0

Sphynx, Si Kucing Tanpa Bulu

Kucing Ras Sphynx (dahulu bernama Canadian hairless) adalah ras dengan kucing yang mempunyai bulu pendek atau sedikit sekali. Bulu kucing tersebut sangat halus seperti lapisan tipis pada kulit. Ras ini dihasilkan dari kucing-kucing yang mengalami mutasi genetik. Jumlah kucing ras ini juga masih sangat terbatas.

Sejarah

Selama beberapa ratus tahun terakhir, kucing tanpa bulu secara spontan terlahir dari kucing-kucing domestik berbulu pendek. Mutasi alamiah ini terjadi secara spontan. Kucing-kucing yang mengalami mutasi ini ditemukan di beberapa tempat seperti Kanada, Perancis, Maroko, Meksiko, Rusia, Australia dan Amerika. Tetapi kucing-kucing tersebut tidak pernah dikembangkan menjadi satu ras khusus dan sebagian besar mati akibat kurangnya perawatan atau karena berbagai masalah pengembangbiakan.
Pada tahun 1960 sepasang kucing lokal Kanada yang berbulu pendek melahirkan anak-anak tanpa bulu. Sejak saat itulah program pengembangbiakan kucing-kucing tanpa bulu tersebut dimulai. Pada tahun 1970 Cat Fanciers Association (CFA) memberikan status kucing tersebut sebagai Ras "Canadian hairless". Tetapi setahun kemudian CFA menarik kembali keputusannya karena ada masalah kesehatan dan perkembangbiakan ras tersebut. Pada saat itu gen yang berhubungan dengan ketiadaan bulu dianggap mematikan (letal). Akhirnya kucing-kucing dan keturunannya tersebut menjadi punah.
Pada tahun 1975, pemilik sebuah pertanian di Minnesota bernama Milt dan Ethelyn, mempunyai seekor anak kucing tanpa bulu yang lahir dari kucing normal di pertanian mereka yang bernama Jezabelle. Tahun berikutnya kembali lahir kucing tanpa bulu dari Jezabelle. Kedua anak kucing ini diberi nama Epidermis dan Dermis. Dermis dan Epidermis dibeli olah seorang breeder kucing dari Oregon bernama Kim Mueske. Keturunan Dermis dan Epidermis disebut sebagai garis keturunan Pearson
Sementara itu seorang breeder lain dari Minnesota yang bernama Georgiana Gattenby juga mencoba mengembangkan ras kucing tanpa bulu dari induk lain bernama Pearson yang juga menghasilkan anak tanpa bulu. Ia mengawinkan kucing-kucing tersebut dengan ras Devon Rex untuk memperkuat sifat-sifat genetiknya. Keturunan kucing-kucing ini terbukti sehat dan diberi nama Sphynx. Nama tersebut diambil dari Sphinx besar yang ada di Giza, Mesir.
Tahun 1978, seorang breeder kucing di Kanada bernama Shirley Smith menyelamatkan seekor kucing jantan, tanpa bulu yang diberi nama Bambi. Bambi kemudian dikebiri (steril) dan dipelihara sebagai kucing kesayangan. Setahun kemudian induk Bambi melahirkan dua ekor kucing tanpa bulu yang diberi nama Punkie dan Paloma. Pada tahun 1983, Smith mengirimkan Punkie dan Paloma kepada Dr. Hernandez di Belanda untuk dikembangbiakkan. Dr. Hernandez juga mengawinkan kedua kucing tersebut dengan kucing Ras Devon Rex. Ia juga menemukan fakta bahwa gen tanpa bulu lebih dominan dari pada gen bulu keriting seperti pada ras Devon Rex, tetapi resesif terhadap gen berbulu pada kucing normal.
Kucing-kucing keturunan Punkie, Paloma dan Pearson (Dermis dan Epidermis) inilah yang kemudian menjadi dasar pengembangan Ras Sphynx. Keempat kucing itulah yang menjadi nenek moyang sebagian besar Kucing Sphynx yang ada saat ini.
CFA mulai menerima registrasi Ras sphynx pada tahun 1998 dan pada tahun 2000 telah terdaftar 120 ekor kucing ras Sphynx di CFA.

Bentuk dan Ciri Kucing Sphynx
Panjang badan sedang, tegap dan membulat didaerah perut seperti tabung serta dada lebar. Kepalanya lebih panjang dibanding lebarnya dan berbentuk segitiga. Dahinya rata dan tulang pipi menonjol, hidung pendek dengan lekukan yang jelas atau hanya sedikit lekukan. Dagu tegas dan sedikit kumis, pendek atau sama sekali tanpa kumis.
Telinganya besar, lebar pada bagian bawah dan berdiri tegak, bagian dalam telinga tidak berbulu. Mata berbentuk bulat lemon dengan ujung bagian luar mengarah ketelinga dan terbuka lebar, semua warna mata diakui dan tidak perlu sesuai dengan warna bulu. Leher panjang, bulat dan berotot.
Kaki panjang dan proposional dengan ukuran tubuh, kaki depan lebih ramping dan lebih pendek dari kaki belakang, jari kaki panjang dengan telapak kaki tebal. Ekor panjang dan berbentuk cambuk, diujung ekor ditemui sedikit bulu menyerupai ekor singa. Kulit seluruh tubuh dengan sedikit bulu bertekstur sangat halus, berkerut dibagian kepala, badan dan kaki. Pada anak kucing jumlah kerutan pada kepala dan kulit lebih banyak.


sumber : www.kucingkita.com
82

Virus FIP pada kucing

FIP adalah radang selaput rongga perut yang menyerang kucing yang disebabkan oleh Feline Coronavirus (FcoV). FcoV juga menyerang anjing, babi, dan beberapa spesies virus ini bisa menyerang manusia. FcoV yang tidak berbahaya dan biasa menyerang kucing adalah Feline Enteric Coronavirus (FECV). FECV yang bermutasi disebut Feline Infectious Peritonitis Virus (FIPV), dan jika FIPV bermutasi lagi maka akan menjadi Feline Infectious Peritonitis (FIP). Virus FIP ga bisa nyerang manusia. Biasanya FIP menyerang anak-anak kucing (kitten) yang sistem imun/antibodinya blm kuat. FIP menular melalui feses dan saliva dari kucing-kucing yang merupakan carrier penyakit tersebut. Kucing-kucing dengan virus FIP biasanya sulit didiagnosa karena gejala-gejalanya mirip dengan gejala-gejala penyakit kucing pada umumnya.

GEJALA DAN TANDA
Kucing yang hidupnya tidak bersih dan antibodinya lemah bisa terkena FIP. FIP lebih rentan menulari kucing persia. Tidak jelas kenapa persia lebih rentan tertular, bisa karena genetik atau mungkin karena kebanyakan dari persia diambil dari cattery dimana semua kucing tinggal bersama dalam jumlah besar. Maka apabila ada 1 kucing terkena FIP, seluruh kucing tersebut patut diperiksa ke dokter hewan.

Ada 2 bentuk gejala FIP, Kering dan Basah.

Kering:
Pada umumnya gejala karena FIP kering datang lebih lambat dan tidak sebahaya FIP basah. Gejala umumnya adalah berat badan menurun drastis, demam, hilang nafsu makan, dan tidak bertenaga. Gejala selanjutnya tergantung di mana granuloma menyerang organ tubuh. Ketika granuloma menyerang sistem saraf pusat, kucing akan lumpuh, kehilangan arah, kehilangan keseimbangan, gemetaran, kejang, perubahan tingkah laku dan menahan keinginan kencing. Bila hati dan ginjal terserang, bisa terlihat pada warna kekuningan pada kulit dan selaput lendir, mengecekan di laboratorium akan disarankan oleh dokter hewan. Granuloma bisa tumbuh dibagian dada. Pupil berbentuk tidak biasa dan mata pun berubah warna. Kucing yang terkena FIP kering dapat hidup sekitar 1 tahun setelah tanda pertama muncul.

Basah:
Sangat berbahaya. Selain gejala yang timbul sama seperti FIP kering, gejala seperti anemia juga terlihat bersamaan dengan sulit buang air besar dan diare. Penyakit tipe basah ini berjalan cepat dan perut kucing akan membuncit karena penimbunan cairan di dalam perut. Cairan tersebut juga menimbun di bagian dada sehingga sulit bernafas. Kucing yang terkena FIP kering hanya bisa bertahan hidup kurang lebih 2 bulan.

DIAGNOSA
Kucing yang mengalami gejala awal seperti muntah, diare, demam dan tidak nafsu makan akan membuat dokter hewan hanya bisa mendiagnosa dengan dugaan sementara. 3 gejala tersebut merupakan gejala awal dari semua penyakit berbahaya.

PENGOBATAN
Sampai saat ini belum ada obat untuk FIP. Tidak ada obat untuk virus. Kita hanya bisa memberi vitamin dan makanan bergizi untuk meningkatkan kekebalan tubuh kucing. Lakukan yang terbaik demi persahabatan yang sudah anda berdua jalin selama ini. Berdoalah pada Tuhan sepenuh hati, walau angka kesembuhan FIP masih jarang, mukzizat berada di tangan-Nya.


0

Ginger

Ginger adalah kucing pertama gw. Dia adalah kucing persia jenis redpoint. Gw adopsi dia tanggal 23 Desember 2008.

Ginger jadi anggota keluarga yang paling dimanja. Pokoknya udah kayak anak bayi deh dimanjanya. Ginger suka lompat-lompat ke kasur, jilat-jilat muka gw, gigit-gigit tangan gw, nungguin gw pulang sekolah, tidur di tangan gw, duh pokoknya banyak banget deh tingkah dia yang ngegemesin.

Beberapa minggu yang lalu gw liat ada yang beda dari ginger. Biasanya kan dia agresif banget kalo gw isengin, tapi kok waktu itu dia ga agresif. Diem aja. Perasaan gw paling dia kekenyangan jadinya ga lincah deh. Terus beberapa hari kemudian perut ginger agak buncit, lebih buncit dari biasanya. Gw pikir mungkin karena waktu itu kerjaannya makan, tidur, pipis, sama pup doang. Tapi kok makin hari badannya makin anget. Gw tanya temen gw yang juga cat lovers, terus kata dia mungkin ginger kembung. Gw disuruh ngurut perut dia sama bawa ke dokter. Ya udah deh gw bawa ginger ke dokter.
Dokternya ga bilang apa-apa tapi di sana ginger disuntik 2 kali dan dikasih resep. Resepnya gw tebus dan gw obatin ginger tiap hari. Tapi seminggu setelah itu ginger belum membaik. Malah tambah parah. Akhirnya gw bawa lagi dia ke klinik hewan. Tapi tempatnya beda dari yang kemaren.

Di klinik itu ginger ditimbang beratnya, diperiksa terus disuntik. Setelah itu dokternya ngejelasin penyakitnya ginger. Gw shock banget waktu dokter bilang ginger kena virus FIP dan virus itu belum ada obatnya. 99,9% kucing yang kena virus FIP ga bisa bertahan hidup. Di situ gw nangis, gw liat ginger yang ternyata mengidap penyakit mematikan. Dokternya bilang gw harus ngerawat dia semaksimal mungkin, sayangin ginger selama dia masih sama gw. Duh, perasaan gw waktu itu kacau banget deh.

Berhari-hari gw rawat ginger, tapi ga ada perkembangan berarti. Tiap hari gw kasih obat, kasih vitamin, gw suapin makannya, dikasih kurma madu juga tapi semua itu ga banyak nolong. Sampe gw ga makan 2 hari, tidur cuma 3 jam, dan akhirnya gw juga sakit. Tapi gw harus sembuh, gw harus ngerawat ginger. Tiap hari ginger makin kurus, perutnya makin buncit, malah di hari-hari terkahirnya dia kejang-kejang.

Kemaren waktu gw pulang sekolah, gw liat kandangnya ginger bersih. Ga ada tempat makannya, ga ada litternya, kasurnya juga ga ada. Gw ga mau mikir yang macem-macem. Gw cari ginger di tempat-tempat kesukaan dia, tapi ginger ga ada. Terus gw nanya bokap.

gw : "ginger mana??"
bokap : "udah dibawa sama yang punya."
gw : (diem. ginger kan punya gw. terus dia dibawa siapa??)
bokap : "tu kuburannya di depan."
gw : "bo-ong!!"
bokap : "bener. tadi sore dia udah ga kuat."

Kepala gw langsung sakit banget. Gw nangis, nyokap ngejelasin gimana ginger hari itu. Gw tau ini pasti bakal terjadi, tapi gw ga nyangka bakal secepat ini.

Sekarang gw udah bisa ikhlasin ginger walaupun masih nyesel kenapa dulu gw telat beli vitamin buat dia. Kalo gw lebih cepet ngasi vitaminnya kemungkinan virus FIP itu ga akan berkembang.

Pesen gw buat cat lovers lain. Rawat peliharaan kita sebaik-baiknya. Kita boleh ngasi 100% kasih sayang kita buat dia, tapi inget dia bukan 100% punya kita.


Ginger pasti udah tenang di Rainbow Bridge
0

akhirnya

hah,,akhirnya punya blog juga..
kenalin dulu, gw asti permatasari.
sebenernya ga ada niat buat punya blog.
tapiiiiiiiiiiii karena guru tik mewajibkan murid-muridnya buat punya blog,,jadinya ya gini deh..
heheheheeee.. tapi bagus juga sih punya blog.

ya udah deh segini dulu aja.
dadaaaaaahhhhh
Back to Top